Minggu, 22 Juli 2012

Belajar dari seorang Ibu Penjual Sayur Matang

| Minggu, 22 Juli 2012 | 1 komentar

:: Belajar dari seorang Ibu Penjual Sayur Matang ::

Sungguh, kasih sayang yang tulus adalah kasih sayang orang tua pada anaknya, dan saya ingin berbagi dengan anda sebuah kisah nyata tentang perjuangan seorang ibu bagi anaknya.


Beliau adalah seorang ibu, yang gigih berjuangan untuk menghidupi anaknya. Beliau bangun dari pukul 2.00 pagi untuk belanja bahan-bahan masakan dagangannya, pasca itu, beliau mulai memasak, membuat Nasi uduk untuk dijualnya di pagi hari dengan berkeliling komplek perumahan tempat beliau tinggal.

Target beliau adalah pukul 5.30 sudah selesai masak nasi uduknya, karena jika kelewat siang , maka warga keburu pergi dan sudah sarapan.

Dengan menenteng bakul berisi nasi uduk di tangan kanan, dan tas keranjang berisi krupuk, dan sambal perlengkapan tambahan menu nasi uduknya beliau melangkahkan kakinya, langkahnya berat, karena beliau tidak lagi muda, usianya sekitar 45 tahun, dengan tertatih menyeret kakinya, dia mulai berteriak “Nasi Uduk .. Nasi Uduk..” seraya menyusuri gang demi gang di komplek perumahannya. sesekali berhenti menawarkan dagangannya pada para penghuni rumah, dan Alhamdulillah, para penghuni rumah tersebut berebutan memanggil dan membeli nasi uduknya, karena masakannya telah terkenal enaknya.

Dilingkungan tersebut, strata sosial masyarakatnya rata-rata kalangan menengah keatas, dari mulai PNS biasa hingga kelas kepala Dinas dikabupaten tenpat tinggalnya.

Biasanya, jam 7.30 dagangan sang ibu telah habis, alhamdulillah 3 liter nasi uduk terkadang bersih tak bersisa, saat kembali matanya berbinar karena mendapatkan kelebihan untuk nafkah anaknya hari ini .. rasa lelah dan letih sepertinya hilang tak dirasa..

Tak cukup disitu, karena beban menyekolahkan sang anak yang sedang membutuhkan biaya, beliau menyiapkan dagangannya yaitu untuk keliling lagi pada pukul 10-an. Sesampainya dirumah beliau tak menjulurkan kakinya, melainkan mengambil dan mengolah bahan mentah masakan untuk sayur matang.

Dengan semangat, beliau mengolah dan memasak, sehingga menjelang pukul 10 beliau sudah kembali bersiap, untuk kembali keliling komplek dengan menu masakan sayuran matang. Beliau kembali berjalan menyusuri gang,, hingga menjelang dhuhur beliau beraktifitas. Alhamdulillah dengan terkenalnya masakannya yang sangat lezat dan cocok di lidah para langganannya, masakan 6 Rantang tenteng itu hanya dalam waktu 2 jam kurang sudah habis tak bersisa..

Mungkin kita akan berfikir, pasca ini si ibu layak beristirahat. Tapi.. ternyata ada 1 sesion lagi, yaitu jualan gorengan dan kue basah, pada pukul 3 menjelang sore hari. dan beliau mulai menyiapkan lagi dan mengolah untuk dagangannya.. sekitar menjelang pukul 3, beliau berdagang kembali ..

Sungguh, inilah sebuah perjuangan, inilah sebuah sejatinya kasih sayang, saya tak dapat membayangkan bagaimana pegalnya kaki sang ibu, sakitnya badan sang ibu, dan lelahnya aktifitasnya.. ditambah hasil yang didapat lebih banyak di sedot si lintah darat bank keliling, karena memang ibu tersebut tak memiliki modal usaha, beliau hanya mendapatkan modal dari pinjaman si tukang riba, lelah hasilnya yang di dapat, karena sekian labanya tersedot si lintah darat !! Namun sang ibu demi anaknya rela melakukan semuanya.. dengan ikhlas, dan malah terkadang sang anak tak mampu merasakan dan memaknai kasih sayangnya, yang ada hanyalah kedurhakaan yang dilakukannya, sungguh anak sering kali membalas keburukan atas kebaikan orang tuanya ..

Ini satu fenomena di negeri ini, ini sebuah kenyataan, begitu banyak ibu ibu lain yang bernasib serupa, begitu banyak kasus kasus serupa orang-orang yang sudah miskin dan fakir terjerat hutang rentenir, memang ada diantara mereka yang terjerat hutang rentenir hanya sebatas untuk memenuhi nafsu syahwatnya saja membeli barang ini dan itu yang sebenarnya tidak penting, namun bertumpuk para manusia yang terjerat hutang rentenir untuk makan, untuk keluarganya yang masuk rumah sakit, untuk anaknya yang mendapatkan musibah karena kecelakaan..

Subhanallah, jika anda turun ke jalan dan masuk ke gang gang sempit, niscaya pemandangan itu nampak dan ada, bukan hanya sebuah cerita dari balik akun facebook atau dongeng menjelang tidur .. betapa kaum papa seringkali kita lupakan, padahal kita sedang duduk menghadapi makanan di meja makan di restaurant kelas VIP, yang harga secangkir cofee nya saja Rp. 100.000-an..

Ditulis Oleh : Unknown ~ Blog Pribadi Abu Iram Al-Atsary

Selamat, Anda sedang membaca artikel saya yang berjudul Belajar dari seorang Ibu Penjual Sayur Matang - Artikel ini diposting oleh Unknown pada hari Minggu, 22 Juli 2012. Terimakasih atas kunjungan Anda serta kesediaan Anda membaca artikel ini. Jangan lupa like ke akun facebook anda untuk berbagi - Kritik dan saran dapat anda sampaikan melalui Buku Tamu Kami. By. Abu Iram Al-Atsary.

1 komentar:

GINTA mengatakan...

Kenapa jarang sekali ya orang membahas kasih sayang dan perjuangan seorang bapak / ayah? Rasanya kurang fair kedengarannya. Karena aku juga seorang ayah yg berjuang hanya untuk istri dan anak anakku tercinta.

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

Tulis Komentar Anda Disini:

 
© Copyright 2010. yourblogname.com . All rights reserved | yourblogname.com is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com - zoomtemplate.com