Jumat, 29 Juni 2012

Kesedihan yang paling terasa adalah kehilangan

| Jumat, 29 Juni 2012 | 0 komentar

::Kesedihan yang paling terasa adalah kehilangan::

Sudah takdir kita semua, ada pertemuan ada perpisahan, ada perpisahan karena jarak, ada perpisahan karena masalah, dan ada perpisahan karena wafat.

Terkadang, disaat kita sedang sayang sayangnya, kita harus berpisah dan terpisah, ya inilah hidup kita, manusia tak pernah menghendaki dirinya hidup dan berkelana dialam raya ini, namun disaat menjalaninya manusia memiliki kebetahan, dan dengan adanya kasih sayang, kecintaan dan perasaan saling berbagi dan peduli, maka semua itu menjadikan kita senantiasa memiliki rasa ketakutan untuk berpisah.


Namun itu semua wajar saudaraku, bahkan tangisan yang terkadang mengiringi perpisahan tersebut masih bisa dikatakan boleh dan wajar disaat kita tidak sampai meratapi dan berbuat lupa diri, Nabi pun pernah menangis, Nabi pun bersedih. Ya itulah sifat manusia.

Berat memang merelakan sebuah kepergian, sulit memang mengatasi rasa kehilangan, semua kenangan begitu nyata dan membayang, semua jejak ada disekitar kita yang senantiasa mengingatkan akannya. Dan sungguh justru disitulah letak ujian terbesar kita. Apakah disaat - saat tersebut kita mampu menjalaninya, apakah malah goyah dan kehilangan arah.

Apalagi jika yang hilang adalah seorang figur Imam, Imam yang baik dan sulit tergantikan posisinya , lalu jika sudah terjadi demikian,, sebaiknya apa yang mesti kita lakukan ? Mengurung diri ? Marah dan benci atas takdir kita ? atau menyesali semuanya dan bertanya "MENGAPA INI TERJADI PADAKU?"

Saudaraku dan saudariku tercinta...
Allah telah membuat suatu takdir untuk kita dan menetapkannya dan hal itu masih ghaib bagi kita, maka jalan terbaik adalah berusaha menumbuhkan kesadaran, sadar akan ketentuannya dan sadar akan apa yang telah digariskannya.

Maka sebaiknyalah kita :

1. Bersabar dan mewujudkan kata ini memang tidak mudah, namun dengan mengingat Allah dan mengutamakan prasangka atas ketentuanNya bisa memalingkan kesedihan, bisa mengurangi beban, satu kata yang sangat SULIT dan bahkan jauh lebih mudah mengatakannya dibanding menjalaninya, tapi kesabaran tersebut memang dibutuhkan dan layak dilaksanakan .

2. Bangkitlah dan bangun dari keterpurukan, dan sadarilah bahwasannya apa yang kita lakukan tidak akan mampu mengembalikan semuanya yang telah pergi, maka jalan terbaik adalah menerima dan berusahalah ikhlas, dengan menumbuhkan kesadaran maka ini insya Allah bisa dilaksanakan walau terasa sangat berat melangkah sendirian.

3. Menyadari adanya titipan yang mesti dijaga, yaitu harta, anak-anak dan amanahnya agar kita menjadi peringan bebannya di alam sana, maka dengan menyadari ini , kita akan terpacu berbuat kebaikan, maka ingatkan anak-anak kita akan ini, betapa si ayah atau ibu akan ditanya tentang apa yang terjadi pada ahli warisnya, mengapa si anak wanitanya tak berjilbab ? Mengapa si anaknya begini dan begitu ? Maka jika benar menyayangi tentu akan melakukan yang terbaik untuk yang tersayang. Maka jalan terbaik adalah mendoakannya dan berusaha menjadi manusia yang terbaik baginya, yang kelak akan bisa membantunya mengurangi beban hisabnya di akhirat kelak

4. Berusaha menjaga amanahnya, memanfaatkan harta peninggalannya dengan baik, menggunakannya dengan benar, bukan memanjakan anak dengan menuruti semua keinginannya, karena dengan melakukan demikian, maka sama dengan menyuruh anak masuk kedalam lubang, berikan kesadaran dan pemahaman bahwa "kita" saat ini mesti benar-benar berjuang, dan prihatin karena Allah menguji dengan musibah yang bisa menghasilkan banyak pahala disaat kita benar menjalaninya

Tiada gading yang tak retak memang, begitu pula dengan benteng diri dan hati, bisa saja di lain waktu dan hari kita jatuh terkenang dengan memori , terkenang dengan jejak, namun segeralah bangkit dari keburukan, ingat realita ada didepan kita, dan melakukan yang terbaik selama ada di alam dunia ini merupakan kunci kebaikan, kita hidup dialam nyata jadi jangan terbuai oleh alam khayalan, inilah realita dan inilah suasana, kehilangan bukan berarti kita harus jatuh dalam keterpurukan, SEMANGAT !!

Terakhir, jangan minder menjadi janda, karena ketahuilah, para janda banyak mencetak para ulama, semisal Imam Bukhori, Imam Syafi'i, dan sederet lainnya para ulama yang tumbuh dan besar di tangan seorang janda, seorang janda itu kuat, seorang janda itu luar biasa, disaat dia bisa berpegang dan tega diatas jalan yang halal, yang mencari rizki melalui sumber yang diberkahi, bukan masuk kedalam sumber syubhat, maka tetapkan kakimu diatas jalan yang di ridhoiNya, biarlah hari ini susah , insya Allah akan ada satu masa yang membuatmu tersenyum karena bangga dengan hasil usaha mu sendiri yang di berkahi Allah, anak-anakmu akan membesar, dan meraka jika didik dengan nuansa agama, maka kelak bisa membuatmu tersenyum bangga, dan suami mu akan jauh mendapatkan keringanan atas mereka dan membuatmu kelak bertemu dengan suamimu disana tersenyum dalam keadaan bahagia ... Insya Allah..

Semoga para sahabat saya yang telah mendahului saya diberikan kemudahan hisabnya dan mendapatkan nikmat kubur, serta para ahlinya dijadikan manusia-manusia beriman yang tangguh, yang berguna bagi agama Islam ini , hanya do'a yang mampu terurai, semoga Allah merahmati kalian ..

Ditulis Oleh : Unknown ~ Blog Pribadi Abu Iram Al-Atsary

Selamat, Anda sedang membaca artikel saya yang berjudul Kesedihan yang paling terasa adalah kehilangan - Artikel ini diposting oleh Unknown pada hari Jumat, 29 Juni 2012. Terimakasih atas kunjungan Anda serta kesediaan Anda membaca artikel ini. Jangan lupa like ke akun facebook anda untuk berbagi - Kritik dan saran dapat anda sampaikan melalui Buku Tamu Kami. By. Abu Iram Al-Atsary.

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

Tulis Komentar Anda Disini:

 
© Copyright 2010. yourblogname.com . All rights reserved | yourblogname.com is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com - zoomtemplate.com