Minggu, 12 Februari 2012

Belenggu - belenggu hizbiyah 2

| Minggu, 12 Februari 2012 | 0 komentar

Melanjutkan posting saya di akun yang satu lagi Abinya Iram www.facebook/herbacentersubang , maka mari kita simak yang keduanya ...

Belenggu-belenggu Hizbiyah yang memprihatinkan di antaranya ialah :

Sikap memperkecil arti pentingnya ilmu Syar'i
Ilmu adalah sesuatu, sedangkan kalam adalah sesuatu yang lain. As-Salafushalih adalah ahli ilmu yang bermanfa'at, sedangkan "Al-Khalaf" adalah ahli kalam yang kalamnya berhamburan.
Ilmu salaf sedikit bilangannya, tapi berkah dan pekat, sedangkan ilmu kaum "khalaf", banyak jumlah kata-katanya tetapi sedikit faedahnya.

Umat Islam adalah umat ilmu dan amal, maka ilmunya adalah dalil, petunjuk dan akar.
Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.

"Dan katakanlah : "Wahai Rabbku, tambahkanlah padaku ilmu" (Thaha : 114)
"Dan tidaklah memahaminya melainkan orang-orang yang berilmu" (Al-Ankabut : 43)
"Katakanlah : "Apakah sama orang yang berilmu dengan orang-orang yang tidak berilmu". (Az-Zummar : 9).
"Allah mengangkat orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat". (Al-Mujadalah : 11).

Anda tidak bisa mengingkari adanya orang yang meremehkan persoalan mencari ilmu, dengan alasan : yang penting memahami realitas, da'wah ilallah (da'wah kepada Allah) dan bergerak menerjuni medan ..... tapi ingat, dengan apakah ia memahami realitas.... untuk maksud apakah ia berda'wah ...? dan dengan apakah ia bergerak...?

Suatu teori memang mempunyai kedudukan tersendiri... tetapi teori itu bukanlah ilmu. Pidato berapi-api terkadang memang membangkitkan... tetapi itu tidak membentuk bangunan. Dan daya khayal yang cepat memang mengagumkan... tetapi ia akan cepat pula hilang.
Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.

"Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya, adapun yang memberi manfa'at kepada manusia, maka ia tetap di bumi". (Ar-Ra'du :17).
(Al-Harakah Al-Islamiyah Al-Mu'ashirah hal : 16, Lis Syaikh 'A-idl Al-Qorny).

Belenggu-belenggu (Hizbiyah) ini sebagaimana telah dijelaskan di muka, mempunyai tokoh-tokoh pendahulunya, dan alangkah buruknya tokoh pendahulu itu, yaitu kaum sufi.

Ibnul Jauzi dalam "Talbisu Iblis" (dalam Al-Muntaqa An-Nafis Min Tablis Iblis, ada komentar sebagai berikut : Betapa persisnya hari ini dan hari kemarin, ternyata banyak dikalangan aktifis hizbiyah dewasa ini yang melakukan tindakan yang lebih fatal dari tindakan ini (kaum sufi) -naudzubillah-sedangkan mereka mengira bahwa mereka telah melakukan suatu kebaikan). Telah meriwayatkan tentang perkataan Abu Abdillah bin Khafif sebagai berikut :
"Bersibuk dirilah kamu mempelajari ilmu dan jangan terperdaya oleh omongan orang-orang sufi. Sesungguhnya aku dulu pernah menyembunyikan tintaku di saku bajuku, dan pernah menyembunyikan kertas dilipatan celanaku. Dulu aku pernah secara sembunyi-sembunyi pergi menuju ahlul ilmi, tetapi jika mereka (kaum sufi -pen) memergokiku, mereka akan menentangku, seraya berkata : "Kamu tidak akan beruntung".

Kemudian berkembanglah belenggu semacam ini, hingga di zaman sekarang bentuk yang ditonjolkan dan dibuahkan oleh kelompok-kelompok hizbiyah menjadi beraneka ragam.

Diantara beberapa perkara yang paling berbahaya yang ditonjolkan oleh para penyeru hizbiyah ialah adanya istilah baru (seperti) : ULAMA HARAKAH, ULAMA AL-WAQI' (Ulama yang paham realitas), MUFAKKIR (pemikir), manusia haraki dan ... hingga mereka menghempaskan dan mengisolir umat ini dari para ulamanya yang hakiki yaitu ULAMA SYARI'AH.
Peristilahan ini mirip sekali dengan peristilahan kaum sufi, yaitu ada 'ALIM terhadap SYARI'AT dan ada 'ALIM TERHADAP HAKIKAT.

Kemiripan itu dilihat dari beberapa segi, diantaranya :
  • Pengisolasian manusia dari para ulama syari'ah (ulama hakiki -pen).
  • Klaim bahwa ada ilmu yang tidak bisa dicapai serta dipahami oleh para ulama syari'at.
Padahal, peristilahan baru tersebut hanyalah hasil rekaan para kaum haraki, perasaan-perasaan dan segala apa yang tercetus dari benak-benak mereka berupa teori-teori, gambaran-gambaran serta pandangan-pandangan tentang masa depan, yang menyebabkan akal pikiran para pengikutnya menjadi bingung, tanpa pernah bisa sampai memahaminya, hingga bagi mereka tidak ada jalan lain kecuali menerima.

Mereka (orang-orang hizbiyah) mengatakan : ada orang 'ALIM terhadap HARAKAH, dan ada orang 'ALIM terhadap SYARI'AH.

Maka para ulama harakah bangkit menerjuni medan amal Islami, tetapi dengan menjauhkan para ULAMA SYARI'AH, seperti Al-'Alamah Abdul Aziz bin Baz, Syaikh Muhaddist Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi'i dan seluruh ulama syariah yang adil lainnya, dengan dalih bahwa para ulama tersebut tidak mengerti REALITAS, dan alasan-alasan lain berupa syubhat yang mereka tanamkan kepada benak para pemuda.

Itulah kejahatan besar, memisahkan da'wah dari para ulamanya yang hakiki, ulama pembawa Al-Kitab was Sunnah. Mereka lenyapkan keagungan ilmu dan keagungan ulama pembawa syari'at. Mereka letakkan lingkaran-lingkaran syetan di atas harakah, di atas aktifis harakah dan di atas barang-barang dagangan (ilmu-ilmu bawaan) mereka yang terbentuk dari susunan angan-angan, perasaan dan teori-teori mereka.

Oleh karena itu jika anda katakan kepada mereka (bahwa) Al-'Alamah Bin Baz berkata : ........., maka mereka akan menjawab : "Dia tidak tahu Realitas". Juga jika anda katakan (bahwa) As-Syaikh Al Muhaddist Nashiruddin Al-Albani berkata : ......., mereka pun akan menjawab : "Dia tidak tahu Politik".

Sampai akhirnya terjadi bahwa apa yang disebut ulama harakah dan aktifis harakah itulah yang dinamakan tokoh-tokoh da'wah dan penanggung jawab pelaksananya. Sedangkan para ulama syari'ah hanya berfungsi sebagai pengikut yang tidak perlu didengar (kata-katanya).

Anda hampir-hampir tidak akan menemukan satu kelompok hizbi pun melainkan ia pasti telah menetapkan satu manhaj haraki tersendiri baginya. Dan hampir tidak ada satu masalahpun baik itu masalah I'TIQADIYAH maupun masalah AMALIYAH, akan diputuskan sebelum masalah tersebut dinyatakan sejalan dengan "REALITAS HARAKI" yang dipaparkannya sesuai dengan alur pemikiran tentang masa depan. Akhirnya muncullah masalah-masalah tersebut ke permukaan dengan terpolesi hiasan angan-angan, sangkaan-sangkaan (zhan), dan gambaran-gambaran mereka belaka.

Selanjutnya seorang anggota hizbiyah yang telah mengental akan segera menyambutnya, kemudian melontarkannya dengan kekuatan dan tekanan ke dalam benak serta otak para pengikutnya. (Jadi mereka taqlid terahadap syaikh-syaikh mereka tanpa ber-itiba' kepada dalil atau yang semisalnya, maka mereka melaksanakan apa-apa yang diperintahkan oleh syaikhnya...... Hal ini dikatakan oleh Ibnul Jauzi dalam Tablis Iblis hal : 495).

Celakalah orang yang sampai berani menuntut dalil atau memberikan kritik dengan ayat dan hadits, dalam upaya memulai hidup baru berdasarkan pemahaman salaf....., tak pelak ia di hadapan teman-temannya akan menjadi seperti seekor unta yang terserang borok. 

Ditulis Oleh : Unknown ~ Blog Pribadi Abu Iram Al-Atsary

Selamat, Anda sedang membaca artikel saya yang berjudul Belenggu - belenggu hizbiyah 2 - Artikel ini diposting oleh Unknown pada hari Minggu, 12 Februari 2012. Terimakasih atas kunjungan Anda serta kesediaan Anda membaca artikel ini. Jangan lupa like ke akun facebook anda untuk berbagi - Kritik dan saran dapat anda sampaikan melalui Buku Tamu Kami. By. Abu Iram Al-Atsary.

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

Tulis Komentar Anda Disini:

 
© Copyright 2010. yourblogname.com . All rights reserved | yourblogname.com is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com - zoomtemplate.com