Selasa, 31 Januari 2012

Sehari Dikediaman Rasulullah Shollallahu 'alaihi wasallam 10

| Selasa, 31 Januari 2012 | 0 komentar

Bingkisan dan Tamu Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam

Sentuhan perasaan dan gejolak emosional adalah sesuatu yang selalu hadir dan dibutuhkan dalam kehidupan seorang insan, baik di tengah masyarakat, keluarga maupun di dalam rumahnya. Bingkisan hadiah adalah salah satu sarana untuk merekatkan hati dan meluluhkan dendam serta amarah.

'Aisyah Radhiallaahu anhu menuturkan: "Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam biasa menerima bingkisan hadiah dan membalas bingkisan itu." (HR. Bukhari)

Pemberian hadiah dan ucapan terima kasih sebagai ungkapan rasa syukur ini hanya muncul dari jiwa yang mulia dan hati yang tulus.
Akhlak yang mulia merupakan akhlak para nabi dan sunnah para rasul. Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam adalah teladan yang terdepan dan panutan yang luhur dalam masalah tersebut. Bukankah beliau telah menegaskan:
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhirat, hendaklah ia memuliakan tamu. Hak tamu ialah sehari semalam. Kewajiban melayani tamu adalah tiga hari, lebih dari itu merupakan sedekah. Seorang tamu tidaklah boleh berlama-lama sehingga memberatkan tuan rumah." (HR. Al-Bukhari)

Demi Allah, tidak pernah disaksikan sebelumnya oleh siapapun juga, baik di gunung maupun di lembah, baik penduduk Hijaz maupun penduduk semenanjung Arab, akhlak dan budi pekerti seagung dan semulia Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam . Bahkan oleh penduduk Timur dan Barat sekalipun. Perhatikanlah baik-baik dan lihatlah perilaku Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam .

Dari Sahal bin Sa'ad Radhiallaahu anhu ia berkata: "Seorang wanita datang menemui Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam dengan membawa kain bersulam (berhias). Ia berkata: "Aku menenun dan menyulamnya sendiri dengan tanganku supaya engkau mengenakannya." Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam pun mengambilnya, tam-paknya beliau sangat membutuhkan. Kemudian beliau keluar menemui kami dengan mengenakan kain itu sebagai sarung. Ada yang berkata: "Alangkah indahnya kain itu, hadiahkanlah kain itu kepadaku!" "Boleh!" jawab beliau. Lalu Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam duduk di dalam majlis kemudian kembali. Beliau segera melipat kain itu dan mengirimkannya kepada orang tersebut. Orang-orang berkata: "Alangkah bagusnya engkau ini, Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam lebih membutuhkan kain itu tetapi engkau malah memintanya, padahal engkau tahu bahwa Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam tidak pernah menolak permintaan!" orang itu menjawab: "Demi Allah, sesungguhnya aku meminta kain itu kepada beliau bukan untuk kukenakan, akan tetapi aku ingin menjadikannya sebagai kain kafan." Sahal berkata: "Dengan kain itulah ia dikafani." (HR. Bukhari)

Tidaklah mengherankan jika demikian luhur budi pekerti hamba pilihan Allah Ta'ala ini. Karena beliau dibimbing langsung dibawah pengawasan-Nya dan menjadikannya sebagai teladan.
Beliau telah memberikan contoh yang agung dalam hal kemurahan hati dan kedermawanan.

Hakim bin Hizam Radhiallaahu anhu menuturkan: "Aku pernah meminta sesuatu kepada Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam , beliau lantas memberikannya. Kemudian aku meminta lagi, beliau pun memberikanya. Kemudian aku meminta lagi, beliau pun memberikannya seraya berkata: "Wahai Hakim, sesungguhnya harta ini manis dan indah.
Barang siapa yang mengambilnya dengan kemurahan hati, ia akan mendapat keberkatan padanya. Barangsiapa yang mengambilnya dengan ketamakan, ia tidak akan mendapat keberkatan padanya. Bagaikan orang yang makan tapi tidak pernah kenyang. Dan tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang di bawah." (Muttafaq 'alaih)

Benarlah ucapan seorang penyair:
Beliau adalah seorang yang paling sempurna ketaatannya
disamping memiliki semangat yang begitu tinggi.
Demikian agung dan luhur kedudukan beliau
hingga sulit dibandingkan dengan siapapun.
Bila cahaya beliau menyinari umat manusia
niscaya akan mengelokkan dan menaungi mereka.
Ternyata cahaya itu adalah Al-Qur'an dan Sunnah beliau.
Kutemukan para pemburu tercengang keheranan.
Kutemukan semua kebaikan terkumpul pada seorang insan (Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam )

Jabir Radhiallaahu anhu berkata: "Tidak pernah sama sekali Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam mengatakan "tidak" (menolak) setiap kali diminta." (HR. Al-Bukhari)

Kedermawanan dan kemurahan hati beliau sulit untuk dicari tandingannya. Ditambah lagi dengan kebaikan hati, keelokan dalam bergaul dan kesetiaan beliau yang tiada taranya. Di antara kebiasaan beliau adalah menebar senyum kepada orang yang berada di dalam majlis. Sehingga orang-orang akan menyangka bahwa orang itulah yang paling beliau kasihi.

Jabir bin Abdullah Radhiallaahu anhu mengungkapkan: "Sejak aku masuk Islam, setiap kali Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam berpapasan denganku atau melihatku, beliau pasti tersenyum." (HR. Al-Bukhari)

Cukuplah pengakuan dari orang yang melihat langsung menjadi pelajaran bagi kita.

Abdullah bin Al-Harits Radhiallaahu anhu menuturkan: "Tidak pernah aku melihat seseorang yang lebih banyak tersenyum daripada Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam ." (HR. At-Tirmidzi)

Mengapa harus heran wahai saudaraku tercinta, beliaulah yang menegaskan:
"Senyumanmu di hadapan saudaramu (seiman) adalah sedekah." (HR. At-Tirmidzi)

Anas bin Malik Radhiallaahu anhu yang pernah menjadi pelayan Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam telah mengungkapkan kepada kita beberapa sifat yang agung pada diri beliau. Yang sulit ditemukan pada diri seseorang, bahkan pada diri orang banyak. Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam adalah seorang yang sangat lembut, beliau pasti memperhatikan setiap orang yang bertanya kepadanya, beliau tidak akan berpaling sehingga sipenanyalah yang berpaling. Beliau pasti menyambut setiap orang yang mengulurkan tangannya kepada beliau, beliau tidak akan melepas jabatan tangannya sehingga orang itulah yang melepaskan." (HR. Abu Nu'aim dalam kitab Dalaail)

Selain sangat memuliakan tamu dan berlaku lembut kepada mereka, beliau juga sangat penyantun terhadap umatnya. Oleh sebab itu, beliau tidak rela melihat kemungkaran bahkan beliau pasti segera membasminya.

Ibnu Abbas Radhiallaahu anhu menuturkan bahwa suatu ketika Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam melihat cincin emas di tangan seorang lelaki. Beliau segera mencabut cincin itu lalu membuangnya seraya berkata: "Apakah salah seorang di antara kamu suka memakai bara api dari Neraka di tangannya?"
(HR. Muslim)


Kasih Sayang Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam Kepada Anak-Anak

Orang-orang yang keras hati tidak akan mengenal kasih sayang. Tidak ada sedikitpun kelembutan pada diri mereka. Hati mereka keras bagaikan karang. Kaku tabiat, baik ketika memberi maupun menerima. Kurang peka perasaan, lagi tipis peri kemanusiannya. Berbeda halnya dengan orang yang dikaruniai Allah Ta'ala hati yang lembut, penuh kasih sayang lagi penuh kemurahan. Dialah yang layak disebut pemilik hati yang agung penuh cinta. Hati yang diliputi dengan kasih sayang dan digerakkan oleh perasaan yang halus.

Dari Anas bin Malik Radhiallaahu anhu ia berkata: "Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam pernah membawa putra beliau bernama Ibrahim, kemudian mengecup dan menciumnya." (HR. Al-Bukhari)

Kasih sayang tersebut tidak hanya terkhusus bagi kerabat beliau saja, bahkan beliau curahkan juga bagi segenap anak-anak kaum muslimin. Asma' binti 'Umeis Radhiallaahu anha –istri Ja'far bin Abi Thalib- menuturkan: "Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam datang menjengukku, beliau memanggil putra-putri Ja'far. Aku melihat beliau mencium mereka hingga menetes air mata beliau. Aku bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah telah sampai kepadamu berita tentang Ja'far?" beliau menjawab: "Sudah, dia telah gugur pada hari ini!" Mendengar berita itu kamipun menangis. Kemudian beliau pergi sambil berkata: "Buatkanlah makanan bagi keluarga Ja'far, karena telah datang berita musibah yang memberatkan mereka." (HR. Ibnu Sa'ad, Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Ketika air mata Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam menetes menangisi gugurnya para syuhada' tersebut, Sa'ad bin 'Ubadah Radhiallaahu anhu bertanya: "Wahai Rasulullah, Anda menangis?" Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam menjawab:
"Ini adalah rasa kasih sayang yang Allah Ta'ala letakkan di hati hamba-hamba-Nya. Sesungguhnya hamba-hamba yang dikasihi Allah Ta'ala hanyalah hamba yang memiliki rasa kasih sayang." (HR. Al-Bukhari)

Ketika air mata Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam menetes disebabkan kematian putra beliau bernama Ibrahim, Abdurrahman bin 'Auf Radhiallaahu anhu bertanya kepada beliau: "Apakah Anda juga menangis wahai Rasulullah?" Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam menjawab:
"Wahai Ibnu 'Auf, ini adalah ungkapan kasih sayang yang diiringi dengan tetesan air mata. Sesungguhnya air mata ini menetes, hati ini bersedih, namun kami tidak mengucapkan kecuali yang diridhai Allah Ta'ala. Sungguh, kami sangat berduka cita berpisah denganmu wahai Ibrahim." (HR. Al-Bukhari)

Akhlak Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam yang begitu agung memotivasi kita untuk meneladaninya dan menapaki jejak langkah beliau. Pada zaman sekarang ini, curahan kasih sayang terhadap anak-anak serta menempatkan mereka pada kedudukan yang semestinya sangat langka kita temukan. Padahal mereka adalah calon pemimpin keluarga esok hari, mereka adalah cikal bakal tokoh masa depan dan cahaya fajar yang dinanti-nanti. Kejahilan dan keangkuhan, dangkalnya pemikiran serta sempitnya pandangan menyebabkan hilangnya kunci pembuka hati terhadap para bocah dan anak-anak.
Sementara Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam , kunci pembuka hati itu ada di tangan dan lisan beliau. Cobalah lihat, Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam senantiasa membuat anak-anak senang kepada beliau, mereka menghormati dan memuliakan beliau. Hal itu tidaklah mengherankan, karena beliau menempatkan mereka pada kedudukan yang tinggi.

Setiap kali Anas bin Malik melewati sekumpulan anak-anak, ia pasti mengucapkan salam kepada mereka. Beliau berkata: "Demikianlah yang dilakukan Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam ." (Muttafaq 'alaih)

Meskipun anak-anak biasa merengek dan mengeluh serta banyak tingkah, namun Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam tidaklah marah, memukul, membentak dan menghardik mereka.
Beliau tetap berlaku lemah lembut dan tetap bersikap tenang dalam menghadapi mereka.

Dari 'Aisyah Radhiallaahu anha ia berkata: "Suatu kali pernah dibawa sekumpulan anak kecil ke hadapan Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam , lalu beliau mendoakan mereka, pernah juga di bawa kepada beliau seorang anak, lantas anak itu kencing pada pakaian beliau.
Beliau segera meminta air lalu memer-cikkannya pada pakaian itu tanpa mencucinya." (HR. Al-Bukhari)

Wahai pembaca yang mulia, engkau pasti mengetahui bahwa duduk di rumah Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam merupakan sebuah kehormatan. Lalu, tidakkah terlintas di dalam lubuk hatimu? Bermain dan bercanda ria dengan si kecil, putra-putrimu? Mendengarkan tawa ria dan celoteh mereka yang lucu dan indah? Ayah dan ibuku sebagai tebusannya, Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam selaku nabi umat ini, melakukan semua hal itu.

Abu Hurairah Radhiallaahu anhu menceritakan: "Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam pernah menjulurkan lidahnya bercanda dengan Al-Hasan bin Ali Radhiallaahu anhu. Iapun melihat merah lidah beliau, lalu ia segera menghambur menuju beliau dengan riang gembira." (Lihat Silsilah Shahihah no.70)

Anas bin Malik Radhiallaahu anhu menuturkan: "Rasulullah sering bercanda dengan Zainab, putri Ummu Salamah Radhiallaahu anha, beliau memanggilnya dengan: "Ya Zuwainab, Ya Zuwainab, berulang kali." (Zuwainab artinya: Zainab kecil) (Lihat Silsilah Hadits Shahih no.2141 dan Shahih Al-Jami' 5-25)

Kasih sayang beliau kepada anak tiada batas, meskipun beliau tengah mengerjakan ibadah yang sangat agung, yaitu shalat. Beliau pernah mengerjakan shalat sambil menggendong Umamah putri Zaenab binti Rasulullah dari suaminya yang bernama Abul 'Ash bin Ar-Rabi'. Pada saat berdiri, beliau menggendongnya dan ketika sujud, beliau meletakkannya. (Muttafaq 'alaih)

Mahmud bin Ar-Rabi' Radhiallaahu anhu mengungkapkan: "Aku masih ingat saat Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam menyemburkan air dari sebuah ember pada wajahku, air itu diambil dari sumur yang ada di rumah kami. Ketika itu aku baru berusia lima tahun." (HR. Muslim)

Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam senantiasa memberikan pengajaran, baik kepada orang dewasa maupun anak-anak. Abdullah bin Abbas menuturkan: "Suatu hari aku berada di belakang Nabi Shalallaahu alaihi wasalam , beliau bersabda:
"Wahai anak, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat: "Jagalah (perintah) Allah, pasti Allah akan menjagamu. Jagalah (perintah) Allah, pasti kamu selalu mendapatkan-Nya di hadapanmu. Jika kamu meminta, mintalah kepada Allah, jika kamu memohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada Allah." (HR. At-Tirmidzi)

Telah kita saksikan bersama keutamaan akhlak dan keluhuran budi pekerti serta sejarah kehidupan yang agung. Semoga semua itu dapat menghidupkan hati kita dan dapat kita teladani dalam mengarungi bahtera kehidupan. Putra-putri yang menghiasi rumah kita, selalu membutuhkan kasih sayang seorang ayah serta kelembutan seorang ibu. Membutuhkan belaian yang membuat hati mereka bahagia. Sehingga mereka dapat tumbuh dengan pribadi yang luhur dan akhlak yang lurus. Siap untuk memimpin umat, sebagai buah karya dari para ibu dan bapak, tentu saja dengan taufik dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Ditulis Oleh : Unknown ~ Blog Pribadi Abu Iram Al-Atsary

Selamat, Anda sedang membaca artikel saya yang berjudul Sehari Dikediaman Rasulullah Shollallahu 'alaihi wasallam 10 - Artikel ini diposting oleh Unknown pada hari Selasa, 31 Januari 2012. Terimakasih atas kunjungan Anda serta kesediaan Anda membaca artikel ini. Jangan lupa like ke akun facebook anda untuk berbagi - Kritik dan saran dapat anda sampaikan melalui Buku Tamu Kami. By. Abu Iram Al-Atsary.

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

Tulis Komentar Anda Disini:

 
© Copyright 2010. yourblogname.com . All rights reserved | yourblogname.com is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com - zoomtemplate.com